Menikah. Adalah peristiwa dalam kehidupan manusia yang paling menarik untuk dibicarakan dan dilaksanakan. Bagi para pemuda yang belum melaksanakannya, peristiwa bersejarah ini sungguh amat dinantikan. Tapi tak jarang pula yang masih ragu untuk melangkah kesana dengan alasan yang berbeda-beda.
Ada yang bilang, menikah itu Subhanallah indah dan hanya bisa dirasakan oleh yang sudah menjalaninya. Ketika sudah menikah, semuanya menjadi begitu jelas, alur ibadah suami dan istri. Diibaratkan ketika seseorang baru menikah dunia menjadi terang benderang, saat itu kicauan burung terdengar begitu merdu, sepoi angin dimaknai begitu dalam, mendung di langit bukan masalah besar. Hidup seperti seolah baru dimulai, sejarah keluarga baru saja disusun.
Menikah, sepertinya indah dan penuh bunga-bunga harapan. Memulai hidup berdua dengan seseorang yang (akan) kita cintai sepenuh hati. Membingkai ibadah dalam sebuah rumah tangga. Betapa keindahan yang tidak bisa diungkap dengan kata-kata. Siapapun akan segera membayangkan kebahagiaan begitu berpikir tentang pernikahan dan rumah tangga.
“Dan diantara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu istri-istri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tentram kepadanya, dan Dia menjadikan rasa kasih sayang diantaramu. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kalian yang berfikir.” (QS. Ar-Rum: 21).
Tetapi menikah juga menyiratkan segurat kekhawatiran, mungkinkah ada seseorang yang ‘tepat’ bagi kita. Bukan hanya tepat dalam pandangan fisik dan duniawi, tetapi tepat dalam semangat dan cita-cita untuk senantiasa produktif berkarya bagi umat. Meski samar dan tersembunyi, dalam lubuk hati tetaplah ada kegelisahan dan pergolakan.
Perasaan demikian tentulah menghinggapi setiap gadis, sebelum akhirnya ia ‘sekadar’ menganggukkan kepala atas ‘proposal’ pembentukan organisasi kecil bernama rumah tangga. Mengingat separuh agama akan dipertaruhkan dalam ikatan itu, menikah dengan demikian benar-benar keputusan besar yang akan mengubah hidup seseorang. Ada sederet tugas dan tanggung jawab, kalau dibahasakan juga hak dan kewajiban dalam peran baru. Ada sebuah kesiapan untuk memulai sesuatu yang baru dengan pasangan.
Jika anda seorang perempuan, setelah menikah anda harus rela membuka ruang intervensi yang mengganggu ‘kebebasan’ anda selama ini. Tiba-tiba ada seseorang yang punya hak untuk menanyakan kemana anda akan pergi, bukan saja bertanya tapi juga menyuruh atau melarang. Tiba-tiba saja ada seseorang yang berhak tahu sesuatu tentang diri anda, luar dalam hingga ke emosi dan perasaan anda. Karena kini anda telah memiliki suami yang ditunjuk Allah sebagai qawam bagi keluarga baru anda.
Jika anda seorang laki-laki, tiba-tiba di pundak anda terbebankan amanah yang amat berat yang belum pernah anda miliki sebelumnya. Perhatikan firman Allah berikut:
Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, yang keras, yang tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkanNya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan (At-Tahrim:6)
Selama ini anda tidak dibebani untuk menjaga orang lain secara khusus, begitu anda selesai melaksanakan akad nikah dan walimah dan anda terbebani amanah untuk menjaga istri dan nantinya anak-anak anda dari api neraka. Betapa berat tugas ini. Menjaga diri sendiri saja dari api neraka untuk saat ini sudah sedimikian berat, apalagi ketika harus menjaga orang lain, yaitu istri dan anak-anak.
Dan dengan menikah berarti siap dan ikhlas menerima kelebihan dan kekurangan pasangannya dan berusaha saling melengkapi.
“…Mereka (para istri) adalah pakaian bagi kalian (para suami) dan kalian adalah pakaian bagi mereka…” (QS. Al-Baqarah:187)
Benarkah pernikahan itu indah? Yang jelas disana tidak hanya ada bunga-bunga yang indah tetapi juga ada onak dan duri yang menghadang. Semuanya tergantung niat awal ketika memasukinya dan di jalan apa anda menempuhnya
Wallahu a’alam bishowab
Tidak ada komentar:
Posting Komentar